Tuesday, 4 June 2013

Mampukah HTML5 Menggantikan Mobile Native Apps?

Jika ingin membuat sebuah aplikasi untuk iPhone atau iPad maka Anda harus develop dengan komputer Macintosh dan menggunakan bahasa Objective-C. Jika ingin membuat aplikasi berbasis Android maka setidaknya harus memiliki dasar Java dan paham bagaimana menggunakan API Android. Jadi seperti yang bisa dilihat, ketika ingin membuat aplikasi yang sama untuk dua platform, kita harus menulis code dua kali untuk dua platform itu.
HTML5 berjalan di Mobile
HTML5 berjalan di Mobile
Itu sebabnya orang melihat HTML5 bisa menjadi alternatif menarik untuk membuat aplikasi yang dapat dijalankan di semua platform. Write once, run everywhere. HTML5 jika dipadukan dengan CSS3 dan JavaScript memang terbukti bisa menghasilkan aplikasi yang sangat interaktif. Apalagi saat ini hampir semua gadget ataupun komputer yang memiliki browser. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila di Internet muncul berbagai artikel mengenai bagaimana membuat aplikasi untuk iPhone ataupun Android dengan HTML.
Sebagai teknologi yang tergolong baru, menggunakan HTML5 untuk membuat aplikasi untuk mobile menggantikan native app  bukanlah tanpa tantangan. Mari kita pilah-pilah beberapa poin yang menjadi masalah:

1. Native App lebih cepat daripada HTML5
Pada dasarnya aplikasi native lebih cepat dikarenakan langsung dijalankan di sistem, dibandingkan HTML5 yang masih harus transfer data dari server ke perangkat tangan Anda.

2. Tampilan Native App lebih seirama dibandingkan HTML5
Biasanya tampilan aplikasi native lebih menyatu dengan perangkat daripada aplikasi berbasis Web.

3. Masalah keamanan pada HTML5
Bagi pengguna yang mengerti pemograman dan sejenisnya, peluang untuk mendobrak aplikasi HTML5 jauh lebih mudah dibandingkan aplikasi native. Misalnya saja, aplikasi Angry Bird berbasis HTML5 dapat dengan mudah di-hack untuk membuka semua level setelah beberapa jam di-launching.

4. HTML5 belum tentu bisa dijalankan di semua perangkat.
Walaupun dikatakan write once run everywhere, HTML5 tidak sepenuhnya bisa dijalankan di mana-mana. Salah satu akibatnya adalah dukungan browser sendiri yang belum tentu mendukung semua fitur dari HTML5, apalagi W3C selaku badan yang membuat standar HTML5 menyatakan standar HTML5 mungkin baru akan rampung 2014.

5. HTML5 tidak efisien.
Aplikasi native cenderung lebih efisien dibandingkan HTML5 karena aplikasi native dibuat hanya ditujukan untuk perangkat itu saja. Developer IPhone dapat memaksimalkan segalanya supaya aplikasinya dapat berjalan sempurna di Iphone. Berbeda dengan developer berbasis Web HTML5, dia harus memikirkan berbagai kemungkinan yang pada ujungnya harus mengorbankan efisiensi.

Itulah secuil kelemahan HTML5 dibandingkan native app. Tetapi walaupun hari ini HTML5 belum mencapai tahap rampung, bukan berarti native app bisa berjaya terus. Untuk saat ini HTML5 masih memiliki kekurangan sana sini, tetapi perkembangannya sangatlah cepat.
Dukungan HTML5 semakin hari akan semakin  membaik. Saat ini saja, kita sudah mampu membuat aplikasi HTML5 berbasis sentuh yang dapat berjalan di Web maupun di mobile. Google sendiri merilis JavaScript engine V8 yang telah membuktikan mampu memproses JavaScript jauh lebih cepat. Serta saat ini sudah terdapat App Store untuk aplikasi berbasis HTML5 yang bisa dipasang ke gadget yang dinamakan openappmkt.com.
Jadi, mungkin saja jika hari ini jika developer lebih memilih develop native app daripada berbasis HTML5. Tetapi penulis yakin dalam waktu beberapa tahun, dengan kecepatan perkembangannya seperti saat ini, aplikasi berbasis HTML5 akan mulai menjadi pilihan favorit developer. Kita lihat saja nantinya.

1 comment:

Thanks for your comment in this article :)